top of page
waldemar-brandt-1138298-unsplash.jpg

Surat Kabar

Perkembanganya

Content

Perkembangan Surat Kabar

01

Media cetak merupakan media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Media cetak menyediakan pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan dengan tujuan untuk memperjelas pesan atau informasi yang diberikan. Jenis media cetak ini diantaranya adalah buku teks, modul, buletin, majalah dan bahan pengajaran terprogram.

Perkembangan Surat Kabar

​

Surat kabar pertama kali muncul di Amerika pada tahun 1690 oleh Benjamin Harris, seorang jurnalis. Surat kabar tersebut bernama Publick Occurrences both Foreign and Domestick

Yellow journalism

Penggunaan fitur-fitur berwarna cerah dan berita sensasional dalam penerbitan surat kabar digunakan untuk menarik minat pembaca dan meningkatkan sirkulasi. Istilah Yellow Jurnalism ini diciptakan pada tahun 1890-an untuk menggambarkan taktik yang digunakan dalam persaingan sengit antara dua surat kabar Kota New York, World dan Journal

The Penny Press

Penny Press terkenal karena harganya yang murah, satu sen (penny) per cetakan. Hal ini menjadi populer di kalangan masyarakat Amerika karena sementara surat kabar lain dihargai sekitar enam sen, mereka mampu menjual kertas mereka hanya dengan seharga satu sen. Harga murah ini membuat koran dan berita tersedia bukan hanya untuk warga kelas, tetapi dapat terjangkau oleh golongan bawah juga.

sa.jpg
photo-1503694978374-8a2fa686963a.jpg

02

semoga hari mu menyenangkan

Kaonashi

Koran dalam cerita

trilatihan_thumb%5B1%5D.jpg
TRI6_thumb%5B1%5D.jpg
TRI15_thumb%5B1%5D.jpg
TRI1_thumb%5B3%5D.jpg
POW2-1_thumb%5B1%5D.jpg

Era Penjajahan Belanda (1700-1900)

Pada tahun 1700-1900, telah beredar surat kabar yang diterbitkan oleh penjajah Belanda: Kort Beiricht Eropa, Bataviase Nouvelles, Vendu Nieuws, dan Bataviasche Koloniale Courant. Surat kabar tersebut  ditulis dengan bahasa Belanda yang mutu, bentuk, dan tampilannya sangat sederhana. Fungsinya untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa itu karena memang Belanda adalah negara yang sangat memperhatikan dokumentasi. 

Era Prakemerdekaan (1900-1945)

Memasuki tahun 1900-an, kualitas dan fungsi surat kabar meningkat. Bukan lagi sebatas sarana dokumentasi, melainkan berkembang menjadi sarana menyampaikan saran, kritik, dan aspirasi, terutama bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Surat kabar pertama yang terbit dan dikelola oleh orang Indonesia ialah Medan Priyayi. Surat kabar berbahasa Indonesia dengan bahasan politik ini terbit pada bulan Januari tahun 1907. Pelopornya adalah Raden Mas Tirtoehadisoerjo.

 

 

​

03

Logo-UAJY-Universitas-Atma-Jaya-Yogyakar

25

FEB 2019

Era Orde lama - Reformasi

Era Orde Lama (1950-1965)

Pada era 1950-an, dipelopori partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa, surat kabar tumbuh dan berkembang pesat. Data tahun 1954, beredar 105 surat kabar harian dengan oplah 697.000 eksemplar di seluruh Indonesia. Pada tahun 1959, jumlah surat kabar menurun menjadi 94 saja, tetapi oplahnya meningkat menjadi 1.036.500 eksemplar.

Surat kabar besar pada waktu itu adalah Harian Rakjat (Partai Komunis Indonesia), Pedoman (Partai Syariat Islam), Suluh Indonesia (Partai Nasional Indonesia), dan Abadi (Masyumi).

Dalam perjalanannya, presiden Soekarno melalui demokrasi terpimpinnya menerapkan pers terpimpin. Surat kabar yang isinya tidak sejalan dengan tujuan demokrasi terpimpin diberedel dan dicabut izin terbitnya. Indonesia Raya milik Mochtar Lubis dan Pedoman milik Rosihan Anwar adalah sebagian kecil surat kabar yang diberedel pemerintahan orde lama, Soekarno.

Era Orde Baru (1966-1998)

Orde baru ditandai dengan lengsernya presiden Soekarno, dibubarkannya Partai Komunis Indonesia (PKI), dan diangkatnya Soeharto menjadi Presiden Indonesia kedua. Surat kabar pro-PKI ditutup. Hanya surat kabar milik tentara, nasionalis, agama, dan kelompok independen yang diizinkan terbit: (1) surat kabar tentara: Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, Ampera, Api Pancasila, dan Pelopor Baru; (2) surat kabar nasionalis: Suluh Marhaen, El Bahar, dan Warta Harian; (3) surat kabar Islam: Duta Masyarakat, Angkatan Baru, Suara Islam, dan Mercusuar; (4) surat kabar Kristen: Kompas dan Sinar Harapan.


​

​

Pembatasan pers juga diterapkan oleh pemerintahan orde baru, Soeharto. Surat kabar yang dianggap berbahaya dan tidak sejalan dengan tujuan pemerintah akan diberedel, terlebih lagi surat kabar yang menyinggung Cendana dan kroni-kroninya. Pemberedelan terbesar terjadi pada saat peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari), 12 surat kabar dan majalah diberedel: Indonesia Raya, Pedoman, Harian KAMI, Nusantara, Abadi, The Jakarta Times, Mingguan Wenang, Pemuda Indonesia, Suluh Berita, Mahasiswa Indonesia, Indonesia Pos, dan Ekspress.

Berkaitan dengan kebijakan pemberedelan tersebut, Ali Murtopo (tangan kanan presiden Soeharto) pernah menuturkan bahwa kebebasan pers yang disalahgunakan dapat mengganggu pembinaan politik. Oleh karena itu, pers harus dikendalikan dan dibina. Kebijakan pembredelan berlangsung hingga orde baru runtuh pada Mei 1998.

Dalam perjalanannya, era orde baru menjadi saksi lahirnya surat kabar dan majalah besar di Indonesia: Kompas (P. K. Oetjong dan Jacoeb Oetama), Sinar Harapan (H. G. Rorimpandey), Tempo (Goenawan Mohamad), Media Indonesia (Surya Paloh), dan lain – lain..

Era Reformasi (1998-2000)

Era reformasi adalah era kebebasan pers. Presiden ketiga Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, membubarkan Departemen Penerangan, induk pembatasan pers pada orde baru yang dipimpin oleh Harmoko. Surat kabar dan majalah kemudian dibiarkan tumbuh dan menjamur, begitu juga media-media lainnya: televisi dan radio. Tanpa tekanan; tanpa batasan. "Informasi adalah urusan masyarakat," kata Gus Dur.

Kebebasan ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa media. Disebut raksasa karena hampir seluruh bidang media digeluti mulai dari surat kabar, majalah, televisi, radio, dan website (surat kabar digital). Mereka adalah Kompas (Jacoeb Oetama), Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra (Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Media mereka sampai ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. 

03

25

FEB 2019

Publick-Occurrences-Both-Foreign-and-Dom

cetakan koran

pertama

Sumber: Dominick, Joseph R. (2011). The Dynamics of Mass Communication: Media in The Digital Age. New York: McGraw Hill.

Digitalisasi

Logo-UAJY-Universitas-Atma-Jaya-Yogyakar

2019.Atmajaya Yogyakarta

accounting-application-business-1483938.

Era Digitalisasi (2000-Sekarang)

Era digitalisasi ditandai dengan berkembang pesatnya internet. Perkembangan internet ditandai dengan lahirnya surat kabar digital melalui media website di internet. Pelopornya adalah detik.com. Tidak lama kemudian, lahirlah surat kabar digital lainnya seperti,  beritanet.com, kompas.com, tempo.co.id, antara.com, dan lain-lain.

bahkan, orang pribadi pun bisa membuat surat kabar digital sendiri melalui media blogger.com atau wordpress.com. Ada prediksi yang mengatakan bahwa kehadiran surat kabar digital akan menghilangkan surat kabar fisik. Isu efisiensi sumber daya alam mendukung prediksi tersebut. Faktanya sudah terjadi di Amerika Serikat, perusahaan media Settle Post menutup operasional surat kabar fisiknya dan lebih memilih beroperasi melalui surat kabar digital.

04

Sumber : Dominick, Joseph R. (2011). The Dynamics of Mass Communication: Media in The

Digital Age. New York: McGraw Hill.

  • Black Facebook Icon
  • Black Twitter Icon
  • Black Instagram Icon

© 2023 by Newsmagazineevol. Proudly created with Wix.com

bottom of page