Revolusi Majalah
- Kaonashi
- Feb 25, 2019
- 2 min read
Revolusi Majalah
2. Perkembangan Majalah
2.1 Periode Penjajahan
Pada periode ini, magazine diartikan sebagai ruang penyimpanan, yaitu tempat di mana berbagai macam suplai disimpan. Cetakan majalah pertama di Amerika, mengikuti model magazine karena dalam majalah tersebut memiliki isi atau suplai seperti, buku, pamflet, dan surat kabar yang disatukan dalam satu cetakan. Pada era ini, semua majalah menargetkan pembaca yang berpendidikan dan memiliki status sosial.
2.2 Setelah Era Revolusi
Majalah menjadi terkenal pada akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan konten yang berisi tentang percampuran antara politik dan artikel-artikel yang relevan dengan pembacanya, yaitu golongan berkelas atau elit-elit berpendidikan.
2.3 Meledaknya Popularitas Majalah
Pada tahun 1860, kurang lebih ada 260 majalah yang diterbitkan di Amerika dan pada tahun 1900 jumlah terbitan majalah sudah mencapai angka 1.800 eksemplar. Faktor yang membuat majalah berkembang adalah ketersedian uang dan teknik pencetakan yang lebih maju sehinga mengurangi biaya produksi.
Perkembangan Majalah di Indonesia
Di Indonesia majalah pertama kali terbit pada tahun 1853 di Kota Batavia dengan judul Tijdschrift voor Indische Taal- Lan-den Volkenkunde yang diterbitkan oleh Verbandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschapen (Ikatan Kesenian dan Ilmu Batavia) pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Majalah ini terbit hingga tahun 1955.
Perkembangan majalah di Indonesia (pra kemerdekaan). Majalah berbahasa dan beraksara Jawa, Soeara Muhammadijah, terbit di Yogyakarta sejak tahun 1915. Dalam salah satu edisinya berisi tentang keterangan singkat agama Islam. Sedekah atau selamatan tetukon dan ngelmi sejati, dan Majalah mingguan “Adil” yang terbit di Surakarta tahun 1930 dan dipimpin oleh Soerono Wirahab tahun 1930.
Perkembangan majalah di Indonesia (pasca kemerdekaan) Pada tahun 1945 terdapat majalah yang terbit dipimpin oleh Markoem Djojohadisoeparto dan diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara yaitu majalah Pantja Raja di Jakarta. Selain itu, di Ternate terbit majalah mingguan Menara Merdeka yang diterbitkan oleh Arnold Monoutu dan Dr Hassan Missouri pada Oktober 1945. Majalah tersebut berisi tentang berita-berita dari Radio Republik Indonesia. Tadjib Ermadi juga menerbitkan majalah berbahasa Jawa yaitu Djojobojo dan di Blitar terdapat juga majalah berbahasa Jawa dengan nama Obor (Suluh) pada saat itu.
Awal orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, diantaranya, di Jakarta terbit majalah Selecta yang dipimpin oleh Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison yang dipimpin oleh Mochtar Luis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat. Hal ini terjadi seiring dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin membaik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.
Perkembangan Majalah Digital
- Transisi dari majalah yang mulanya konvensional menjadi majalah online. Dengan adanya transisi ini, biaya produksi dapat dikurangi dan pendapatan dapat meningkat.
- Dengan adanya majalah via online, kita dapat membaca majalah di mana pun dan kapanpun
- Majalah online dapat menggunakan fitur user-generated content yang memungkinkan pengguna atau pembaca dalam menulis artikel atau berita mereka sendiri kemudian percetakan yang akan mempublikasikannya.
- Platform online bersifat interaktif. Adanya kolom komentar dapat memungkinkan pembaca memberikan feedback yang cepat.
- Mobile Media memungkinkan majalah dapat dilihat melalui aplikasi.
sumber:
Comments