Teori Komunikasi Massa Klasik
- Kaonashi
- May 26, 2019
- 3 min read
Teori Komunikasi Massa Klasik
1. Teori Peluru (Bullet Theory): Model Jarum Suntik
Teori ini dikemukakan oleh Wilbur Schram pada tahun 1950an. Teori ini menyatakan bahwa media massa memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga dapat mempengaruhi afektif, kognitif, dan behavior audiensnya. Audiens di sini dianggap sebagai audiens pasif, yang mana menerima apa pun yang diberikan oleh media.
1. Uses and Gratification Theory
Teori ini dikemukakan oleh Blummer, Gurevitch, dan Katz yang menyatakan bahwa pengguna media (audiens) berperan aktif dalam memilih dan menggunakan media. Audiens di sini dianggap sebagai audiens yang aktif memilah dan memilih konten media yang diinginkan.
1. Tori Agenda Setting
Teori ini dikemukakan oleh walter Lipmann pada tahun 1965, yang menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa
Lebih jelasnya media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, media akan mempengaruhi khalayak untuk menganggap peristiwa tersebut sebagai sesuatu hal yang penting. Jadi, apa yang dianggap penting oleh media, maka penting pula bagi khalayak/masyarakat.
Teori agenda setting memiliki tiga dimensi utama yang dikemukakan oleh Mannhem (Severin dan Tankard, Jr : 1992)
1. Agenda media
· Visibility (visibilitas), jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
· Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak), relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
· Valence (valensi), menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa
2. Agenda Khalayak
· Familiarty (keakraban), derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.
· Personal salience (penonjolan pribadi), relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.
· Favorability (kesenangan), pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.
3. Agenda Kebijakan
· Support (dukungan), kegiatan menyenangkan bagi posisi berita tertentu.
· Likehood of action (kemungkinan kegiatan), kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
· Freedom of action (kebebasan bertindak), nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
1. Teori Kultivasi
Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner bersama rekan-rekannya di Annenberg School of Communication di Universitas Pannsylvania pada tahun 1969. Teori ini menyatakan bahwa apa yang digambarkan atau disajikan televisi ialah realitas yang ada di kehidupan nyata.
Asumsi Teori Kultivasi :
a. Televisi merupakan media yang unik , Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial.
b. Light viewers (penonton ringan) cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi yang lebih bervariasi. Sementara Heavy viewers (penonton berat) cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka.
c. Terpaan pesan televisi yang terus menerus menyebabkan pesan tersebut diterima khalayak sebagai pandangan konsensus masyarakat.
d. Televisi membentuk mainstreaming (kemampuan memantapkan dan menyeragamkan berbagai pandangan di masyarakat tentang dunia di sekitar mereka) dan resonance (pengaruh pesan media dalam persepsi realita dikuatkan ketika apa yang dilihat orang di televisi adalah apa yang mereka lihat dalam kehidupan nyata.
e. Perkembangan teknologi baru memperkuat pengaruh televisi.
Teori kultivasi disebut sebagai teori komunikasi dua tahap (Two step flow), sebab tahap pertama ialah proses komunikasi massa, sumbernya dari media massa menyampaikan pean kepada opinion leader, kemudian tahap kedua opinion leader menyampaikan pesan tersebut kepada masyarakat atau pengikut-pengikutnya. Jika digambarkan sebagai berikut : Media Massa - Pesan- Opinion Leader- Mass Audiens.
Teori Komunikasi Kritis
Teori kritis melihat bahwa media tidak bisa lepas dari para pemilik kepentingan, yaitu kaum pemilik modal, negara atau kelompok yang menindas lainnya. Akibatnya, realitas yang ditampilkan oleh media bersifat bias.
Tradisi Kritis
1. Marxisme
Dalam teori ini Marx mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat (kesadaran) masyarakat. Sehingga dikatakan bahwa ekonomi adalah dasar dari semua struktur sosial. Teori ini lebih menekankan pada kritik ekonomi politik. Dalam sistem yang kapitalistis, produksi dikendalikan oleh keuntungan (profit drives production), sebuah proses yang pada akhirnya akan menindas buruh atau kelas pekerja. Pengusaha akan berusaha memaksimalkan keuntungan dengan mengurangi biaya produksi, termasuk menggaji buruh dengan upah yang sangat rendah.
1. The Frankfurt School of Critical Theory
Lebih dikenal sebagai mazhab Frankfurt. Mazhab Frankfurt ialah sekelompok filsuf, sosiolog, dan ekonom Jerman yang tergabung dalam Institute for Social Research yang didirikan di Frankfurt pada tahun 1923. Para anggota percaya bahwa perlu adanya integrasi antara disiplin ilmu filsafat, sosiologi, ekonomi dan sejarah khususnya dalam rangka mempromosikan filosofi sosial yang luas dan teori kritis yang mampu menawarkan pengkajian yang komperhensif dari kontradiksi dan interkoneksi dalam sebuah masyarakat.
1. Postmodernism
Postmodernism ditandai dengan berakhirnya modernitas dan proyek pencerahan. Hal tersebut menandai berakhirnya era masyarakat industri dan munculnya era reformasi, yang mana produksi komoditas telah menemukan cara produksi dan manipulasi pengetahuan.
1. Cultural Studies
Cultural studies merupakan sekumpulan teori yang memiliki concern yang sama, yaitu terhadap ideologi yang mendominasi budaya. Akan tetapi, lebih fokus pada perubahan sosial dari sudut pandang budayanya sendiri
1. Feminist Studies
Feminisme diartikan sebagai sebuah gerakan untuk melindungi hak-hak bagi perempuan dengan tujuan mengakhiri segala bentuk penindasan. Kajian feminis pertama kali dimulai dengan fokus pada gender dan membedakan antara seks sebagai kategori biologis, dan gender yang merupakan hasil dari konstruksi sosial.
Comments